Monday 21 September 2015

Memupuk Semangat Berkompetisi dalam Lomba Tujuh Belasan



Salim mau ikut lomba juga

Peringatan hari kemerdekaan RI memang sudah lewat lebih dari sebulan yang lalu, tapi saya baru sempat menuliskan pengalaman anak-anak mengikuti lomba tujuh belasan. Dulu saya pernah mendengar ada orang yang berkata, “lomba tujuh belasan itu tujuannya apa? Nggak nyambung dengan makna kemerdekaan!” Ucapan itu terdengar satir. Memang kelihatannya lomba-lomba tujuh belasan itu tidak ada sangkut pautnya dengan perjuangan meraih kemerdekaan. Apakah para pahlawan kita dulu meraih kemerdekaan dengan lomba balap karung, makan kerupuk, memasukkan paku ke dalam botol, memasukkan bendera ke dalam botol, panjat pinang, dan sebagainya? Memang tidak. Lalu, apakah itu berarti lomba-lomba tujuh belasan itu tidak penting?


Kemarin adalah kali kedua anak-anak saya mengikuti lomba tujuh belasan, terutama si sulung. Kalau adik-adiknya baru tahun ini ikutan. Seminggu sebelumnya, saya sudah memberikan mereka semangat. Saya sudah mendaftarkan mereka ke lomba yang sesuai dengan umurnya: memasukkan paku ke dalam botol dan memasukkan bendera ke dalam botol. Kelihatannya serupa, tapi tak sama. Tidak mudah membujuk mereka untuk ikut lomba, apalagi anak kedua itu pemalu sekali. Dia tidak mau tampil di muka umum. Sampai hari H, saya harus membujuknya dengan berbagai acara agar dia mau ikut.

Ismail siap berlomba

Pagi-pagi, jam delapan, lapangan di depan rumah kami sudah penuh oleh anak-anak yang akan berlomba. Hiasan tujuh belasan berupa bendera merah putih telah memenuhi tempat acara. Hari itu Minggu, 16 Agustus 2015. Lomba akan berlangsung selama dua hari: Minggu dan Senin (17 Agustus 2015), tapi anak-anak saya hanya ikut yang hari Minggu. Penyerahan hadiahnya satu minggu kemudian. Soal hadiah, urusan belakangan. Yang penting anak-anak saya mau ikut lombanya. 

Ayah kasih arahan ke anak-anak
Si sulung, Ismail, sudah beberapa kali ikut lomba, jadi lebih mudah dibujuk. Kami sudah menunggu di pinggir lapangan dari acara baru dibuka. Ternyata lama juga menunggu giliran. Saya mengajak anak-anak sarapan dulu. Untunglah rumah kami di samping lapangan, jadi suara pembawa acaranya terdengar sampai ke rumah. Begitu nama Ismail terdengar, kami bergegas ke lapangan. Lomba pertama adalah memasukkan bendera ke dalam botol. 

Ups, ternyata si kecil, Salim, yang baru umur tiga tahun mau ikut juga! Dia sampai merengek ingin ikut memasukkan bendera ke dalam botol. Benderanya berjumlah tujuh buah dan harus dimasukkan satu per satu sambil berlari. Ismail sampai ngos-ngosan, lari tujuh kali bolak-balik. Hasilnya, kalah, tapi tak mengapa. Nah, giliran si tengah, Sidiq, nih. Dia masih harus terus dibujuk supaya mau ikut lomba. Alhamdulillah, akhirnya mau juga. Lombanya sama, memasukkan bendera ke dalam  botol.

Siap lariii...

Lomba kedua, memasukkan paku ke dalam botol. Kalau yang ini hanya cukup lari satu kali, lalu cepat-cepat memasukkan paku ke dalam botol. Anak-anak saya kalah lagi. Kalah atau menang, bagi saya, anak-anak sudah menang. Mereka sudah berani berlomba. Itu saja yang penting. Saya tidak memaksa mereka untuk menang dan marah-marah karena tidak menang. Malah saya tetap memberikan hadiah, walaupun mereka tidak menang. Toh, ini perlombaan pertama mereka, kecuali Ismail sudah dua kali ikut lomba. Mereka berani maju ke arena perlombaan saja sudah luar biasa. Mudah-mudahan nantinya mereka terus semangat berkompetisi dalam hal apa pun. Berlomba-lomba dalam kebaikan itu bagus, bukan?

Sidiq berhasil memasukkan paku ke dalam botol


Salim berusaha memasukkan paku ke dalam botol

Yap, saya melihat perlombaan tujuh belasan ini bukan masalah lombanya apa, tapi manfaatnya. Jenis perlombaannya memang tidak ada hubungannya dengan perjuangan meraih kemerdekaan, tetapi maksud dari perlombaan itu adalah untuk memupuk semangat berkompetisi anak-anak. Anak-anak jadi berani maju ke depan dan berlomba untuk menang. Saya juga mengajak anak-anak untuk meraih kemenangan dengan jujur, sebab kalau tidak jujur, kemenangan itu tidak ada artinya. 

Terima kasih ya, anak-anak…. Kalian toh sudah menang di hati Mama….

10 comments:

  1. juga momen yang selalu ingin dikenang dan diulang anak setiap tahun ya mbak

    ReplyDelete
  2. Kalo lomba anak2 seru ya mak liatnya.

    ReplyDelete
  3. Lomba makan kerupuk itu yang selalu saya nanti waktu masih kecil dulu. Kalah atau menang, ga peduli karena sudah bisa makan kerupuk gratis he..he..

    ReplyDelete
  4. kalo anaku yg kecil masih malu2 ikut lonba

    ReplyDelete
  5. melatih anak-anak mengenal arti menang dan kalah juga ya mbak

    ReplyDelete
  6. selamat ya..heheee, susah juga kadang ya membujuk anak untuk mengikuti lomba, kadang malah pingin menang...tapi ya balik lagi ke pengertian yang diberikan. Faiz juga gitu..lomba bukan kalah atau menang tapi kamu sudah mau ikut lomba, itu kamu sudah menang..hehee

    ReplyDelete
  7. Selamaaat mbak. Tulisannya emang kece. Sederhana tapi ngena :))

    ReplyDelete
  8. Hehehe, jadi ingat anak-anak dulu pas ikut lomba 17an, lucu-lucu ya mbak :D

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^