Bermain itu menyenangkan! |
Seorang ibu berceloteh mengenai
perilaku anaknya yang hobi main jauh dari rumah. Ibu lain pun menanggapi. Kata
mereka, gara-gara hobi main, anak-anak mereka jadi nakal dan suka berbicara
kasar karena ketularan teman mainnya. Sebaliknya, anak-anak saya malah tidak
mau bermain di luar rumah kalau tidak ditemani saya!
Barangkali itu akibat kesalahan
saya juga, karena terlalu protektif. Apalagi rumah saya letaknya terpencil dan
jauh dari tetangga. Anak-anak jadi ikut kebiasaan saya yang jarang ke luar
rumah. Lagipula, mereka sudah senang main di dalam rumah. Malah saya yang ribut
menyuruh mereka supaya main di luar, karena mereka jadi sulit bersosialisasi.
Ketika pertama kali masuk PAUD, saya harus mendampingi mereka di dalam kelas
sampai berbulan-bulan karena mereka takut berinteraksi dengan teman-temannya!
Setelah melihat film-film pendek
yang dibuat oleh Rinso #KidsToday
Project, saya jadi makin termotivasi untuk mendorong anak-anak agar mau bermain
di luar rumah. Bagi anak-anak saya yang masing-masing berusia 2, 6, dan 7
tahun, bermain di luar rumah bermanfaat untuk perkembangan mereka, diantaranya:
Merangsang motorik anak: gerak
fisik dan jangkauan pancaindera menjadi lebih leluasa karena tidak dibatasi
oleh ruang yang sempit.
Mengembangkan daya imajinasi: di
luar rumah ada banyak hal yang bisa ditemui, apalagi depan rumah saya itu ada
lapangan bola dan kebun pisang. Pernah Ismail berimajinasi saat melihat
awan-awan yang membentuk aneka rupa benda.
Mudah Bersosialisasi: dengan
banyak bermain bersama teman-temannya, anak-anak akan mudah bersosialisasi
dengan orang lain. Mereka tidak akan menjadi anak yang tertutup dan penyendiri,
yang dapat menjadi salah satu penyebab perasaan tertekan pada anak.
Bebas bereksplorasi: mereka bisa
bermain tanah, pasir, sepeda, layangan, bahkan bebas berkecipak di genangan air
bekas hujan. Pernah saya marah karena mereka bermain di genangan air hujan, padahal baru saya
mandikan. Selepas itu, saya menyesal. Baju kotor bisa dicuci, yang penting mereka
senang.
Menjadi anak-anak yang bahagia: ada
istilah “masa kecil kurang bahagia,” ditujukan untuk orang dewasa yang
kekanak-kanakan. Saya tidak mau kelak anak-anak menjadi orang dewasa yang
kekanak-kanakan. Saya ingin mereka menjalani masa kecil dengan bahagia dengan
bebas bermain di lapangan terbuka.
Baju kotor gak masalah! |
Sidiq dan Salim main air di lapangan |
Main bola di kebun depan rumah |
Salah satu film Rinso #KidsToday
Project yang saya tonton berjudul “Anak-Anak yang Sibuk,” membuat saya teringat
kesibukan yang bakal dihadapi Ismail yang sebentar lagi masuk SDIT dengan
jadwal penuh sampai sore. Film itu menggambarkan kesibukan anak-anak bersekolah
dari pagi sampai siang, dan dilanjutkan dengan belajar di malam hari. Main
hanya sepuluh menit! Salah satu anak ditanya, kegiatan apa yang paling menyenangkan? Dia menjawab, “bermain
bersama teman-teman.”
Duh, gimana ya nanti Ismail?
Semoga dia masih memiliki kesempatan bermain. Untunglah, sekolah yang saya
pilih itu tidak memberikan PR (pekerjaan rumah). Setelah pulang ke rumah, dia
bebas melupakan pelajaran-pelajaran sekolah dan bermain sepuasnya. Tentunya
tetap mengingat waktu makan dan beristirahat.
Oya, soal kekhawatiran ibu-ibu
mengenai dampak buruk dari bermain, memang sebaiknya anak-anak tetap diawasi
dengan siapa dia bermain, main di mana, dan batasan bermain. Semua itu
tergantung kebijaksanaan orang tua. Intinya, pintar-pintarlah jadi orang tua.
Kalau soal baju kotor, kan sudah ada Rinso!
Sekarang, yuk, kita main, Nak!
Gak masalah main kotor, kan ada Rinso! |
betul sekali,,berani kotor ya mak,,kan ada rinso,,,
ReplyDeleteIya, mbak Dwi... kotor itu baik, asal anak puas bermain :-)
Delete