Tuesday 19 November 2013

Mensyukuri Pemberian Suami


Suatu hari, suami saya berkata begini kepada saya: “kata pakar parenting, anak-anak sebaiknya tidak ditakut-takuti masuk neraka, tidak  baik untuk perkembangannya.”

Terus terang saya tidak setuju. Saya memang bukan pakar parenting, tetapi saya sudah merasakan sendiri efek dari pengasuhan kedua orang tua saya yang dulu sering menakut-nakuti saya dengan neraka.

“Jangan nakal ya, nanti masuk neraka.”                        
“Kalau gak puasa nanti masuk neraka, lho….”
“Ayo salat, kalau gak nanti masuk neraka.”


Saking semangatnya orang tua saya mengenalkan neraka, di usia enam tahun, saya diberikan komik tentang siksaan neraka oleh ibu saya. Gambar di dalam komik itu sangat menyeramkan. Kalau korupsi, nanti perutnya gendut sampai ke bawah sehingga tidak bisa jalan. Kalau berzina, nanti kemaluannya ditusuk dengan besi api sampai tembus ke mulut. Kalau berbohong, nanti lidahnya dipotong. Ih, seram ya penjelasan saya ini. Kenyataannya  memang komik itu tidak berbohong. Siksaan-siksaan neraka itu bukan karang-karangan si pembuat komik, melainkan telah disebutkan di dalam hadist-hadist Nabi Muhammad SAW. Jika Nabi saja menjelaskan tentang siksaan neraka itu kepada umatnya, mengapa orang tua tidak boleh menjelaskannya kepada anak-anaknya?
                                                                                 
Terbukti, saya takut sekali masuk neraka. Sangat takut. Setelah membaca komik itu, saya jadi terbayang-bayang terus dan tidak mau berbuat dosa karena takut masuk neraka. Setiap kali mau berbohong, saya membayangkan lidah dipotong oleh malaikat neraka.  Setiap mau membunuh binatang yang dilarang dibunuh, saya ingat bahwa di neraka nanti binatang-binatang itu akan ganti membunuh saya berkali-kali. Apalagi kalau mau berbuat zina, naudzubillah… gambar wanita yang ditusuk kemaluannya sampai ke mulut itu masih terbayang-bayang di kepala saya.

Namun, manusia tidak pernah terlepas dari dosa. Setelah menjadi istri, saya merasa dosa saya semakin banyak. Menjalani kehidupan pernikahan itu penuh lika-liku. Kesabaran suami dan istri sama-sama diuji. Yang lebih menakutkan bagi saya bilamana saya tergelincir melakukan kesalahan kepada suami, dan itu sudah sering terjadi. Rasa lelah mengasuh anak dan mengurus rumah tangga membuat saya kesulitan mengontrol emosi. Saya merasa wajib membagi kelelahan itu kepada suami, karena dia berangkat ke kantor pagi-pagi dan pulang setelah anak-anak tidur. Sepertinya suami saya tidak perlu berlelah-lelah mengurus anak, atau minimal  mendengarkan rengekan mereka. Saya mengeluhkan hal itu kepada suami tanpa tahu bahwa suami mungkin juga sedang dilanda kelelahan yang sama yang berasal dari pekerjaan kantornya.

Rasulullah bersabda, “saya melihat neraka yang tidak pernah saya lihat seperti hari ini. Dan saya melihat penghuni terbanyak berasal dari kaum wanita. “Mereka (para sahabat) bertanya, “kenapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Karena pengingkaran mereka.” Para sahabat bertanya lagi, “Apakah mereka ingkar kepada Allah?” Rasulullah menjawab, “Mereka membangkang dan mengingkari kebaikan suami. Jika engkau berbuat baik kepada salah satu dari mereka sepanjang tahun, lalu ia melihat darimu sesuatu (yang tidak ia sukai), maka ia berkata: “Saya belum pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” ” Hadist Riwayat Bukhari.

Maksud dari hadist itu adalah, pada saat Isra Mikraj, Rasulullah diangkat ke akhirat untuk menyaksikan surga dan neraka. Di neraka, beliau menyaksikan banyak penghuni neraka adalah kaum wanita. Penyebab para wanita masuk neraka itu bukanlah karena mengingkari Allah, melainkan karena mengingkari suaminya. Para wanita yang masuk neraka itu adalah wanita yang tidak mensyukuri pemberian suaminya. Meskipun suaminya sudah berbuat baik sepanjang tahun, begitu sang suami berbuat salah sekali saja, wanita itu langsung mencapnya sebagai suami yang tidak baik.

Naudzubillahimindzalik. Bersyukur terhadap pemberian suami. Ini bukan pekerjaan mudah. Sering sekali kita mendengar ibu-ibu mengeluhkan pendapatan suaminya yang dianggapnya tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga. Atau, minimal mengeluhkan kebiasaan-kebiasaan suaminya yang tidak berkenan di hatinya. Celakanya, saya juga pernah begitu. Astahgfirullahaldzim….. Saya belajar untuk mensyukuri suami saya, agar tidak termasuk ke dalam wanita-wanita penghuni neraka.

Maka, di ulang tahun pernikahan kami yang ketujuh yang jatuh pada tanggal 18 November 2013, saya ingin sungkem kepada suami. Seandainya seorang istri dibolehkan sujud di kaki suaminya, saya akan melakukannya. Tentu saja itu tidak diperbolehkan karena kita hanya boleh sujud kepada Allah Swt. Suami telah mengambil tanggung jawab mendidik dan  memelihara saya, sejak Ijab Qabul diucapkan. Sudah pasti kewajibannya terhadap saya di mata Allah Swt sangatlah besar. Jadi, mengapa saya masih menyusahkannya dengan hal-hal sepele?  Karena sesungguhnya tanggung jawab kami sama-sama besar.

Rasulullah juga bersabda,”Wanita mana saja yang meninggal dunia, kemudian suaminya merasa ridho terhadapnya,maka dia masuk surga.” HR. Ibnu Majah.

Memang tidak mudah untuk mengakui kesalahan kita, apalagi kepada suami. Di zaman emansipasi seperti sekarang ini, kaum wanita ingin benar-benar disetarakan dengan kaum lelaki, sehingga bisa jadi membuat mereka tidak mau tunduk dan patuh kepada suaminya  dengan alasan emansipasi. Ada rasa gengsi ketika menuruti perintah suami. Bila tidak dilandasi oleh iman, pastilah tidak ada istri yang patuh kepada suaminya. Selama kepatuhan itu dalam rangka beribadah kepada Allah Swt, kenapa tidak? Kecuali jika suami menyuruh kita melakukan keburukan, bolehlah kita tidak patuh kepadanya. Di dalam kapal pun, hanya ada satu nakhkoda, begitu juga di dalam sebuah rumah tangga. Bila suami istri bersikeras memaksakan pendapatnya masing-masing, tak akan pernah ada titik temu.

Allah Swt pasti punya maksud mengapa menjadikan suami sebagai imam istri. Sebab, para suami dikaruniai kelebihan-kelebihan, yang barangkali tak dapat kita (para istri) lihat secara kasat mata. Rasa syukur terhadap suami perlu ditumbuhkan dengan cara: tidak mencela pemberian suami, tidak mengeluhkan kekurangan suami, mengucapkan terima kasih setelah menerima pemberian suami, dan tidak membuka aib suami kepada orang lain. Saya yakin, bila istri mau patuh dan taat kepada suaminya, tidak ada kekisruhan rumah tangga. Saya jadi ingat bagaimana saat Aisyah dan Hafsah mempermasalahkan pemberian Rasulullah yang dirasa kurang. Bahkan mengajak istri-istri Rasul lainnya untuk mengadakan “demonstrasi.” Rasulullah menyuruh istri-istrinya untuk memilih: dirinya atau hartanya? Jika ingin harta, maka Rasulullah akan menceraikan semua istrinya karena beliau tidak memiliki harta sebanyak yang diinginkan istri-istrinya. Jika ingin tetap bersama Rasulullah, maka harus bersabar terhadap pemberiannya.

Lihatlah, istri-istri Rasulullah juga memiliki sisi manusiawi, ada kalanya menginginkan kemewahan dalam hidup. Sedangkan kita tahu Rasulullah sangat sederhana. Dari kisah itulah, Allah Swt memberian pelajaran agar para istri bersyukur terhadap pemberian suaminya. Apalagi bila suami sudah bekerja keras sepanjang hari. Tak elok bila istri masih marah-marah karena merasa kurang. 


Saya tidak masuk neraka gara-gara tidak mensyukuri suami, maka saya selalu meminta kepada suami agar meridhoi saya dan memaafkan kesalahan-kesalahan saya.  Maafkan saya, suamiku, dan semoga pernikahan kita selalu kokoh dan diridhoi Allah Swt. Aamiin….

Jika ada kesalahan dalam penulisan postingan ini, maka itu berasal dari kelemahan saya sebagai manusia.  Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. 



10 comments:

  1. Aamiin. Istri yang baik :)
    Semoga samara ya mbak
    Moga menang juga ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaamiin.. mba Niar, moga selalu jd istri baik :-)

      Delete
  2. Adem mbaca tulisannya mbak, semoga menjadi keluarga yg SAMARA...tahun ini, kami pun memasuki usia pernikahan yg ke 7, mhn didoakan jg ya mbak hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih sudah membaca, Pak. Semoga Samara juga.Aamiin :-)

      Delete
  3. huawaaa jadi kangen suamiku, aku yooo jarang bilang makasih kalo dia ngebeliin makanan sepulang kerja

    ReplyDelete
  4. biasanya karena suka mengungkit2 kebaikan diri sendiri dan lupa kalau suami jg pernah berbuat baik, gitu ya bun? :D hehe

    ReplyDelete
  5. i agree with u mb ell.... *nulisny bener g itu? :)

    ReplyDelete
  6. Saya suka bgt tulisan ini mbak :)

    ReplyDelete
  7. Amiiiiiin..
    Iya saya jg pernah dengar Kalo anak2 itu jangan ditakut2i sama Neraka. Tp Gmana ya..itu salah satu cara biar anak juga mau Ibadah kan. Wkt Kecil suka juga dilihat in gambar2 mnyeramkan ttg neraka

    ReplyDelete
  8. alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
    artikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta..
    salam santun dari Makassar :-)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^