Friday 12 September 2014

Edukasi Finansial Sejak Dini untuk Kesejahteraan Anak



Anak-anak adalah matahari yang kehadirannya menghangatkan hati setiap orang tua. Jangan biarkan sinarnya redup karena kita tak menyiapkan masa depannya sejak dini.





“Ma, uang Kakak yang di celengan itu mana?” Ismail, anak sulung saya, bertanya dengan pandangan mata penuh selidik. Saya jadi ingin tertawa dibuatnya.
“Udah Mama pake semuanya,” jawab saya, bercanda. Wajah Ismail langsung tegang.
“Yaaa… kenapa dipake semua? Itu kan uang Kakak…. Jangan dipake semua….”
“Iya, iya… ada kok di lemari, Mama simpan,” aku segera mengambil celengan Ismail yang kusimpan di dalam lemari. Ismail menerimanya dengan sukacita. Itu adalah uang pemberian orang-orang sebagai hadiah sunatan Ismail. Usianya baru 6 tahun, dan dia sudah tahu bahwa uang itu penting untuk kehidupannya kelak. Dia ingin uangnya digunakan untuk biaya kuliah!

Memberikan edukasi finansial sejak dini kepada anak-anak kita ternyata sangat penting bagi masa depan mereka. Tujuannya agar kelak mereka bisa mengatur keuangan dengan baik, dan tentu saja bermanfaat untuk hidup mereka. Tak terbayangkan bila kelak anak-anak kita tak memiliki pengetahuan mengenai pengaturan keuangan, mereka akan kesulitan menyusun rencana keuangan, bersikap boros, dan membahayakan masa depan. Sering sekali saya temui pasangan suami istri yang sudah lama menikah tapi belum memiliki aset-aset penting seperti rumah, kendaraan, tanah, bahkan tabungan pendidikan anak-anak, karena tidak dapat menyusun keuangan dengan baik. Kehidupan mereka bagaikan seekor ayam, pendapatan hari ini hanya untuk hari ini. Esok terserah bagaimana nanti.

Rezeki memang ada di tangan Tuhan, tapi kita juga diberikan kesempatan untuk  berencana. Edukasi finansial adalah salah satu cara untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. Selain memberikan pendidikan akademis dan spiritual, hendaknya orang tua juga memberikan edukasi finansial terhadap anak-anak.

Pertama, mengajari tentang uang dan kegunaannya.
Umur berapa saya sudah mengajari anak-anak tentang uang? Kira-kira pada sekitar umur 4 tahun, karena saya sering mengajak mereka bila berbelanja ke warung, pasar, dan supermarket. Mereka menyaksikan saya membayar barang-barang belanjaan dengan uang. Saya beritahukan kepada mereka, bahwa barang-barang yang ada di toko itu harus dibayar dengan uang. Tidak bisa mengambil sesuka hati. Sebab, saat pertama kali diajak ke warung, anak-anak akan langsung mengambil makanan-makanan yang menarik hati mereka tanpa tahu bahwa makanan itu harus dibayar dengan uang. Dikiranya makanan gratis. Pelan-pelan saya kasih tahu bahwa kita harus menukar makanan itu dengan uang. Kalau uang yang saya bawa itu kurang, saya berikan penjelasan juga bahwa mereka harus mengurangi jumlah jajanan yang diambil karena uang mamanya tidak cukup.

Kedua, mengajari tentang perlunya selektifitas dalam menggunakan uang.
“Ma, ini harganya berapa? Ini lebih mahal ya?”

Ismail sudah tahu bagaimana membedakan barang yang mahal dengan yang murah. Kalau mahal, berarti ia harus mengeluarkan lebih banyak uang. Ia sudah bisa mencari dua barang serupa tapi tak sama. Kualitas mendekati, tapi harga yang satu lebih murah dari yang satunya lagi. Saya memang ingin mengajarkan kepada anak-anak agar selektif dalam menggunakan uang, alias tidak boros.  Kita harus bekerja dulu untuk mendapatkan uang, jadi pemanfaatannya tidak boleh semena-mena. Setiap jajan, saya beritahu berapa uang yang bisa dia gunakan, misalnya: Rp 2.000. Biasanya, dia akan bertanya, “Dua ribu bisa beli berapa jajanan?” Kalau per satuannya seharga lima ratus rupiah ya dapat empat jajanan.


Dengan begitu, anak-anak kelak dapat menimbang-nimbang pengeluarannya. Saya tidak mau kelak mereka menjadi anak yang boros dan tidak bisa memegang uang. Saya teringat sebuah cerita novel tentang wanita yang hobi belanja sampai tidak pikir-pikir dulu. Apa pun dia sukai, akan langsung dibeli. Tak peduli bahwa uangnya tidak cukup, sehingga dia mengutang kepada Bank. Akhirnya, dia dikejar-kejar oleh penagih hutang. Hidupnya pun menjadi tidak nyaman.

Ketiga, mengajari tentang mengelola uang yang ada.
Uang, selain dapat digunakan untuk membeli sesuatu, juga harus ditabung untuk kepentingan yang akan datang. Saya sudah mengajari anak-anak untuk menabung menggunakan celengan berbentuk hewan yang lucu, karena mereka masih kecil. Mereka senang sekali mengumpulkan recehan, lalu memasukkannya ke dalam celengan. Saat ini, mereka memang masih menggunakan celengan, tapi kelak mereka akan belajar menabung di Bank.


Dan bila sudah remaja, rencananya saya akan mengajari cara mencari uang, agar mereka tidak hanya menadahkan tangan kepada orang tua, lalu menginvestasikannya dalam bentuk yang beraneka ragam.

Melek finansial sejak dini memang penting, terutama untuk menyiapkan perlindungan keluarga agar dapat mencapai kesejahteraan di masa depan.









2 comments:

  1. Iya ya, Mak..
    Kalo anak bisa ngerti tentang keuangan keluarga itu baik banget. Dia tahu mana yg murah, mana yg mahal. Mana yg mampu dibeli, mana yg enggak. Mana yg dibutuhkan, mana yg enggak urgent. Jadi kalo kita jalan2 ke mall, enggak ada adegan drama anak nangis krn minta sesuatu & gk kita turutin.
    Membiarkan anak tahu kondisi keuangan keluarga kita juga sepertinya perlu. Biar permintaannya enggak ajaib2. Hehehe...
    Anak sy baru 1,5 tahun. Belum mudeng sih kalo sy ajarin ttg keuangan keluarga. Tpi besok mau sy terapin gitu ah... Makasih sharenya Mak.. Salam kenal. :)

    ReplyDelete
  2. dari kecil ya mak mulai di ajarkan menabung

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^