Wednesday 14 May 2014

Jangan Biarkan Anak-Anak Kita Terkena Virus LGBT!


Kasus pedofilia homoseksual yang belakangan ini banyak diangkat di Indonesia, mulai dari sekolah JIS sampai Emon, bener-bener bikin saya emosi. Saya jadi inget, sebelum punya anak, suami saya kepingin punya anak laki-laki semua, “supaya gampang jagainnya. Kalau anak perempuan nanti susah jagainnya. Banyak kasus pemerkosaan atau hamil di luar nikah.” Tapi, apa yang terjadi sekarang? Justru anak laki-laki yang jadi korban Emon Cs! Grrrrkkk…. Geram sekali rasanya.


Orang tua yang memiliki anak laki-laki pasti banyak yang gak menduga kalau anak mereka menjadi korban pemerkosaan pedofil homoseks. Apalagi anak-anak di kampung itu suka mandi di kali bersama-sama, tanpa busana. Aurat laki-laki lebih longgar daripada perempuan. Kalau perempuan harus menutup seluruh tubuhnya, laki-laki hanya dari pinggang sampai lutut. Gak heran, laki-laki bisa lebih terbuka dalam berbusana.

Toilet laki-laki saja didesain terbuka. Kebetulan, saya kemarin terpaksa masuk ke toilet laki-laki karena toilet perempuan masih dikunci, tapi gak ada seorang laki-laki pun di sana karena hari masih pagi dan itupun atas anjuran penjaga bangunan yang tidak memegang kunci toilet perempuan. Saya melihat sendiri tempat pipis laki-laki itu terbuka. Memang ada toilet tertutup, tapi kan gak semuanya sadar diri untuk buang air di tempat tertutup. Ibaratnya, laki-laki itu bisa buang air di mana saja. Di belakang pohon pun jadi. Demikian, masyarakat membiasakan kebebasan membuka aurat bagi laki-laki. Padahal, kaum LGBT mengancam!

Saat ini mulai ada anggapan bahwa LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, Transgender) itu normal. Iya, NORMAL. Sama seperti perilaku seks heteroseksual. Televisi dan media massa sekuler membawa isu LGBT ke masyarakat, sehingga perlahan-perlahan kita menganggap bahwa LGBT adalah hak asasi manusia dan NORMAL. Aneh sekali, padahal beberapa tahun di belakang kita, orang-orang homoseks bakal dikecam habis-habisan dan tidak berani menampakkan penyimpangan seksualnya. Sekarang, mereka bisa ngomong terang-terangan kalau mereka itu homoseks. Kalau dulu kaum homoseks dibully, sekarang malah yang menolak homoseks itu yang dibully. Sebenarnya saya juga was-was nih nulis kayak begini, tapi saya sudah siapin mental. Kalau saya berani mengeluarkan tulisan ini, saya juga harus berani dibully. Ini demi masa depan anak-anak kita.

Secara agama, saya MENOLAK LGBT karena diharamkan oleh agama. Kaum Sodom saja dilaknat dan diazab oleh Allah Swt karena perilaku seks menyimpang, masa saya mau ikut-ikutan mendukung gerakan LGBT? Saya tidak berani menentang hukum Allah.  Secara individu, saya MENOLAK LGBT karena saya adalah ibu dari tiga anak yang tidak mau masa depan mereka rusak gara-gara hubungan seks menyimpang. Saya ingin kelak mereka menjadi orang dewasa yang NORMAL dan menjalani hubungan seks yang NORMAL.

Saya ingat dulu waktu SMA, saya punya seorang teman perempuan yang sangat cantik. Saya saja setuju bilang kalau dia cantik. Suatu hari, dia bercerita dengan takut-takut kalau dia tidak mau berpapasan dengan teman kami, sebut saja namanya S. S itu seorang teman perempuan, tapi tomboy. Saya tidak mengerti kenapa. Sampai kemudian kami tiba-tiba berpapasan. Teman saya sudah berusaha menghindar, tapi si S terus mengikuti. S memeluk teman saya dari belakang dan menciumi lehernya. Perbuatan itu dilakukan dengan ringan, seakan tak ada yang salah. Saya yang juga masih polos dan belum terpikir adanya perilaku lesbian, walaupun merasa aneh, tapi tetap menganggap hal itu biasa, sampai teman saya bilang kalau dia geli terhadap perlakuan S. Dia merasa bahwa S ini “suka” sama dia. Pelukan dan ciumannya itu “berbeda.”

HAH? Pikir saya, masa perempuan bisa suka sama perempuan? Saya juga suka sih melihat teman saya itu, karena dia cantik. Tapi, saya hanya mengagumi kecantikannya saja, seperti seorang perempuan yang iri terhadap kecantikan perempuan lain. Tidak ada nafsu pingin meluk atau cium, hiiy…. Saat itu pikiran saya mulai terbuka mengenai hubungan sesama jenis. Untung saja teman saya itu cepat-cepat pakai jilbab dan menjadi lebih tertutup, sehingga dia punya alasan untuk menolak dicium oleh si S.

Dari semua kasus itu, sebagai ibu, saya harus ekstra ketat menjaga anak-anak dan memberikan arahan-arahan agar kelak mereka bisa menjaga auratnya, walaupun laki-laki. Dalam agama Islam pun sudah ada aturan-aturan menjaga aurat terhadap teman sejenis, diantaranya:

Dari Abu Said Al-Khudri Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.“Artinya: Tidak diperbolehkan bagi orang laki-laki melihat aurat laki-laki, dan wanita melihat aurat wanita. Dan tidak boleh seorang laki-laki dengan orang laki-laki lain dalam satu selimut, dan wanita dengan wanita lain dalam satu selimut” . (Hadits Riwayat Muslim)

Imam Nawawi Rahimahullahu mengatakan:
“Dalam hadits tersebut terdapat larangan bagi orang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan wanita melihat aurat wanita lain. Larangan ini sama sekali tidak dapat diganggugugat”.

Selanjutnya Imam Nawawi mengatakan: “Mengenai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Dan tidak boleh seorang laki-laki bergabung dengan orang laki-laki lain dalam satu selimut, dan wanita bergabung dengan wanita lain dalam satu selimut’, merupakan larangan yang sifatnya haram apabila di antara keduanya tidak terdapat pemisah. Dan itu menunjukkan larangan penyentuhan aurat bagian tubuh mana pun, baik laki-laki maupun wanita. Hal itu telah menjadi kesepakatan para ulama.

Batasan aurat yang harus ditutupi oleh wanita Muslimah bagi wanita Muslimah lainnya adalah dari pusar sampai ke lutut. Sedangkan aurat yang harus ditutup oleh wanita Muslimah dari pandangan wanita non-Muslimah adalah seperti penutupan yang harus dilakukannya terhadap laki-laki yang bukan mahramnya. Sumber: http://islami123.wordpress.com/2012/04/15/melihat-aurat-sesama-jenis-boleh-atau-tidak/

  1. Tidak tidur dalam satu selimut. Coba deh, kita amat sedikit yang memahami ini. Dianggapnya karena teman kita itu sesama jenis, kita bakal aman. Padahal, setan ada di mana-mana. Walaupun sesama jenis, kita tetap dilarang tidur dalam satu selimut karena bisa terjadi hal-hal yang menyimpang.
  2. Tidak mandi bersama. Nah, mandi bareng ini juga dulu saya tidak tahu kalau dilarang. Saya pikir, karena sama-sama perempuan, kita bisa mandi sama-sama. Saya baru tahu setelah ikut pengajian, bahwa terhadap teman perempuan pun dilarang membuka aurat yang vital.  Apalagi mandi bareng tanpa busana.
  3. Tidak membuka aurat yang vital, kecuali untuk kepentingan pengobatan. Bagi perempuan muslim, aturannya lebih ketat. Kita tetap harus memakai jilbab di depan perempuan nonmuslim. Kalau di depan perempuan muslim, kita boleh buka jilbab, tapi tetap tidak boleh tanpa busana. Aurat-aurat yang vital tetap harus ditutup, kecuali untuk kepentingan pengobatan misalnya melahirkan atau sakit tertentu.

Jika membuka aurat di depan teman sejenis saja dilarang, apalagi melakukan sentuhan-sentuhan intim? Dipikirnya, karena sejenis, jadi terlepas dari keharaman  bersentuhan, padahal TIDAK. Sentuhan-sentuhan intim yang membangkitkan birahi, baik terhadap teman sejenis, ya jatuhnya HARAM. Hukumnya sama dengan berhubungan seks bersama lawan jenis yang tidak terikat pernikahan, alias ZINA. Dalam syariah Islam, tentu saja hukumannya adalah RAJAM.

Saya tidak ingin bicara tentang takdir. Bagaimana jika kecenderungan penyimpangan seksual itu sudah ditakdirkan Allah? Saya yakin bahwa hukum Allah itu baik bagi hamba-Nya. Jika kaum Nabi Luth saja diazab, apalagi kaum kita? Tinggal tunggu saja azab-Nya, bila semua penyimpangan ini merajalela. Demi masa depan anak-anak, kita harus menjaga anak-anak kita dari virus LGBT, diantaranya dengan:

  • Memberikan batasan aurat yang boleh diperlihatkan, bukan saja terhadap lawan jenis, melainkan juga teman sejenis.
  • Melarang melihat aurat orang lain, baik itu secara langsung, maupun melalui media-media internet, televisi, dan sebagainya.
  • Memberikan batasan hubungan pertemanan, termasuk teman sesama jenis, sebagaimana yang saya sebutkan di atas: tidak mandi bareng, tidak tidur satu selimut, tidak membuka aurat yang vital.
  • Membuka komunikasi yang intensif dengan anak-anak, jangan sampai kita kecolongan gara-gara cuek.
  • Menjadi sahabat yang baik bagi anak-anak, bukan semata ibu yang mengekang dan membatasi.
  • Menjalin hubungan yang harmonis bersama pasangan hidup, alias suami, supaya anak-anak gak stress dan mencari tempat pelampiasan.
  • Mengajari seks sejak dini, sesuai dengan umurnya. Termasuk memberitahu bahwa pasangan LAKI-LAKI adalah PEREMPUAN, bukan LAKI-LAKI juga.
  • Selalu mendoakan anak-anak agar senantiasa dijaga oleh Allah Swt, sebab usaha kita amat sangat terbatas. Allahlah yang bisa menjaga anak-anak kita tanpa lepas sedikit pun.

Ya Allah, selamatkan generasi kami dari serbuan LGBT, aamiin!

11 comments:

  1. Hai Mak, lagi belum bisa bobok dan pengen BW :D
    Iya ya, haduh, zaman makin mengerikan. Kaum LBGT sudah makin banyak. Secara agama, kebetulan di Protestan juga ada larangan untuk menyukai sesama jenis. Secara individu, aku juga masih menganut prinsip perempuan 'berjodoh' dengan laki-laki dan sebaliknya. Sebagai ibu, pengennya Ubii juga bisa di jalan yang aku ikuti. Amin. Tapi, ada yang menarik tentang LGBT buatku. Aku pernah membaca kultwit seorang dokter, sayang nya sudah cukup lama dan aku benar2 lupa akun Twitternya. Beliau, dalam kultwitnya, menjelaskan bahwa keadaan menyukai sesama jenis bisa terbentuk sejak janin masih dikandung ibunya. Beliau juga menyebut kata kromosom atau apa ya, sayang aku benar2 lupa. Nanti aku cari lagi deh. Jadi, untuk anak yang memang sudah mendapat potensi untuk menjadi gay sejak dalam kandungan, ya dia 'hanya' meneruskan itu saat ia sudah dewasa. Beliau juga lalu menjelaskan bahwa kini gay bukan lagi dianggap sebagai suatu kelainan, dengan catatan yang bersangkutan nggak merasa terganggu/merasa ada yang salah/merasa ada yang perlu diobati dengan ke-gay-an mereka. Tapi tentunya hal-hal kayak gini juga banyak pro dan kontra ya, Mak. LGBT ini selalu jadi topik menarik buatku. Kebetulan, ada beberapa teman yang cukup dekat dan mereka gay. Jadi sudah lumayan biasa buatku berinteraksi dengan gays. Anyway, nice sharing, Mak. Sukaakk :D

    ReplyDelete
  2. untuk zaman sekarang mengasuh anak sangat sulit ya mak, perempuan dan lelaki sama saja sulitnya bahaya mengintai mereka.
    perlu kewaspadaan bersama untuk melindungi anak-anak kita.
    terimakasih untuk infonya mak sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  3. Iya, aku juga baru tahu adanya 'orang-orang' seperti ini ketika kuliah. Zaman sekolah sih, aku sangat polos. Liat cowok gandengan dengan cowok lain, aku kira biasa. Begitu pula sesama cewek. Aku kira, kalo pun jadi bencong, itu karena desakan ekonomi, bukan karena orientasi seksual. Duh... ngeri pas tahu.

    Sebagai orangtua, jelas ini sangat membuat takut. Dari keluarga lah fondasi yang kuat harus bermula. Sebab nanti saat anak-anak terjun di masyarakat, kita tak bisa lagi memantau lingkungan di sekitar anak-anak kita.

    Semoga anak-anak kita terhindar dari hal laknat seperti itu. Makasih tips2nya, Mak. Sangat berguna sekali. :)

    ReplyDelete
  4. Betul mba Leyna, menjaga anak-anak baik laki maupun perempuan sama sekarang ini harus ekstra hati-hati. Di luar rumah bahaya para predator mengintai mereka. Mudah2an dengan pendidikan agama yang kuat, komunikasi yang baik yang kita lakukan di dalam rumah...bisa membentengi dengan kuat pengaruh lingkungan yang tidak baik...

    ReplyDelete
  5. serem juga ya mbak lihat zaman sudah seperti ini

    ReplyDelete
  6. saya baru tahu singkatan LGBT itu. Memang ya mak... zaman skrg memang harus hati2. Menjaga anak2 pun harus extra hati2 dan harus selalu memberikan pemahaman2, dimana media skrg ini bebas berbicara apa saja.

    ReplyDelete
  7. nice info mak....jujur saja saya kalo dirumah, karena yang laki2 cuma suami, seringkali berpakain minim, padahal ada perempuan lain dirumah...ternyata gak boleh ya...

    ReplyDelete
  8. Ya Allah, zaman ini sudah terlalu aneh buatku, sebisa mungkin memang dari sejak rumah, anak-anak dibelaki ilmu seperti artikel Mak di atas. Sangat membantu untuk para orangtua yang ingin menanamkan perlindungin sejak dini

    ReplyDelete
  9. keren banget ulasannya mbak, ini dari persepsi seorang ibu yang takut banget anaknya terkontaminasi sama virus LGBT, ngena banget deh

    ReplyDelete
  10. aamiin, semoga Allah sennatiasa menjaga anak-anak kita mba....

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^